Selasa, 03 Agustus 2010

Problematika Rumah Tangga dan Pemecahannya


Pada umumnya setiap keluarga ingin membina dan mempertahankan suasana rukun dan damai serta serasi diantara anggotanya. Banyak dari anggota keluarga melakukan usaha kearah terwujudnya situasi yang diidamkan meski usaha tersebut biasanya dilakukan tanpa rencana, tanpa ilmu dan tanpa pengalaman.

Walaupun keinginan dan usaha itu serius, namun dalam kenyataannya kerukunan itu kadang kurang berhasil diciptakan dan apabila sudah tercipta ada saja yang mengalami gangguan. Demikian pula kerukunan dan keserasian antara suami dan istri itu adakalanya terancam oleh gangguan-gangguan. Gangguan-gangguan ini ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata antara suami dan istri, perbedaan-perbedaan mana sekarang muncul atau menampakan diri. Atau berupa perselisihan-perselisihan paham mengenai pelbagai masalah didalm mana kehidupan mereka berdua. Dengan demikian terjadilah ketegangan yang akhirnya menjadi persengketaan atau konflik (Marital Conflict = konflik antara suami dan istri). Sering pula konflik itu berbentuk pertengkaran (Marital Quarrels).

Dengan demikian didalam membina rumah tangga memiliki problem spesifik, tetapi problem yang sering berkembang menjadi batu sandungan hampir sama karakteristiknya antara lain: persepsi terhadap rizki, egoisme dan perkembangan psikologi pasangan.

Persepsi Terhadap Rizki Keluarga


Banyak pasangan ketika barn menikah belum memiliki harta apa-apa, tetapi kemudian mereka hidup berkecukupan. Sebaliknya ada yang ketika menikah sengaja mencan pasangan atau mertua orang kaya, ternyata tak terlalu lama sudah jatuh menjadi orang miskin. Ada yang semula suami lancar sebagai pencari nafkah, tetapi kemudian jatuh sakit berkepanjangan sehingga tak lagi produktip kemudian sumber rezki berpindah melalui istri.

Masalah saluran rizki bisa menjadi problem orang ketika memandang bahwa rizki itu hanya rizkinya, bukan rizki keluarga. Suami yang sukses kemudian merasa tinggi hati dan memandang rendah istrinya yang hanya nyadong (hanya mengandalkan penghasilan suami) dan sebaliknya istri memandang sebelah mata suami. Inilah yang sering menjadi kerikil tajam meski rizki melimpah, meskipun sebenarnya rizki tersebut adalah rizki keluarga.

Dalam rumah tangga, sifat egois dan tinggi harga diri sering merubah keadaan normal menjadi tidak normal. Apa yang semula biasa saja (proporsional) dipersepsikan sebagai tidak menghargai, menyakiti dan sebagainya. Sehingga yang semestinya seiring sejalan berubah menjadi beban bagi salah satunya. Ada istri atau suami yang merasa disakiti padahal tidak ada yang menyakitinya dan merasa tidak dihargai.

Mengapa Konflik Itu Terjadi?
Mengapa antara suami dan istri terjadi perselisihan dan persenyketaan, padahal ingin hidup bersama secara rukun, damai, dan saling mencintai. Konflik itu terjadi karena suami dan istri hidup bersama dan bergaul secara dekat dan erat sekali. Sekurang-kurangnya 12 - 15 jam dalam sehari saling bertemu, terkecuali apab;,Ia salah seorang tinggal berjauhan.

Ada beberapa macam sebab terjadinya konflik. Pertama sebab-sebab yang pada suatu ketika menimbulkan konflik dan yang kedua adalah sebab-sebab yang lebih mendalam (sebab pokok atau sumber konflik). Sebab-sebab yang termasuk dalam kategori pertama yaitu hal-hal yang pada suatu ketika menggerakkan suami istri untuk bersengketa (faktor-faktor dalam persengketaan). Umpamanya yang seorang berpendapat atau menuduh partnernya:

1. Berbuat sewenang-wenang
2. Melakukan kekejaman kepada yang lain
3. Menyeleweng dengan orang lain
4. Membohongi, menipu yang lain
5. Memboroskan uang yang seharusnya untuk kepentingan keluarga
6. Suka bergaul dengan teman-teman yang tidak baik
7. Tidak berdisiplin di dalam rumah
8. Pencemburu, cerewet dan sebagainya
9. Sang istri tidak mau mengurus rumah tangga sebagaimana mestinya
10. Peminum
11. Tidak jujur secara umum, termasuk di tempat keda, dalam bisnis dan sebagainya
Pertentangan juga sering ditimbulkan karena:
1. Mertua dan ipar
2. Antara suami dan istri memang banyak perbedaan
3. Mempunyai anak-anak darl perkawinan lain (sebelumnya)
4. Penghasilan tidak cukup dan kebutuhan hidup serba mahal
5. Kebiasaan-kebiasaan (habits) dan seseorang yang menjengkelkan orang lain
6. Tidak mendapat kepuasan dalam berhubungan suami-istri,atau salah seorang menolak ajak suami atau istri
7. Salah seorang lekas marah atau mulai merasa tersinggung,dan lain sebagainya.

Sumber Konflik


Selain beberapa hal tersebut diatas, sumber konflik dapat disebabkan karena:
1. Ketidakmampuan atau kekurangmampuan dari suami atau istri untuk "membuat penyesuaian" (to make adjustments), yang mutlak diperlukan agar hubungan suami istri menjadi rukun.
2. Baik pria maupun wanita sebelum menikah kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas-tugas, peran sebagai suami maupun istri,persoalan dan kesulitan-kesulitan yang kelak akan dialami dalam membina keluarga.
3. Pada umumnya pria dan wanita,sejak masih anak-anak hingga remaja sering diberi pengertian yang kurang tepat tentang perkawinan, peranan maupun tugas-tugas dalam suatu pekawinan.
4. Adanya salah persepsi bahwa unsur utama dalam perkawinan harus berdasarkan "cinta", pare remaja kadang-kadang belum memahahi dan meresapi apa sebenarnya arti cinta, sehingga tidak dapat membedakan antara cinta yang tutus dengan hanya "rasa tertarik", ingin memiliki, menguasai dan menikmati, padahal unsur kecocokan (compatibility) juga merupakan faktor penting.
5. Adanya ketidakstabiIan ekonomi di dalam keluarga juga merupakan salah satu sumber teoadinya konflik.

Pemecahan Masalah Rumah Tangga

1. Kecocokan (Kompatibilitas)

Dari berbagai uraian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindarkan atau diatasi bilamana pihak-pihak yang bersangkutan memiliki kemampuan dan kemauan.
Tetapi ada juga sebab-sebab atau faktor-faktor yang berada diluar jangkauan suami dan istri untuk mengelak atau menanggulanginya yaitu sumber-sumber dan faktor-faktor dari lingkungan luar yang berupa sosial dan ekonomi. Begitu pula penyebab-penyebab yang sebenarnya berada dalam wilayah kekuasaan suami dan istri untuk menghindarkannya. Ada yang harus diketahui dan sebenarnya dapat dielakkan sebelum menikah yaitu perbedaan-perbedaan yang terlalu besar yang terdapat diantara berdua. Jadi sebenarnya sewaktu mencari jodoh hendaklah memilih orang yang sebanyak mungkin cocok dan jangan yang terlalu banyak perbedaannya.

2. lntegritas Dan Iman

Faktor-faktor penting dalam membina rumah tangga adalah integritas dan iman. Suami-istri yang jujur, berbudi harus yang tawakal dan mentaati peraturan-peraturan Tuhan serta menjauhi larangan-Nya, akan lebih mampu membina hubungan yang rukun, serasi dan mesra.
Suami dan istri yang kurang imannya dan rendah ahlaknya, mullah saja terjadi kericuhan, kebohongan, kecurigaan, merugikan, sating menyakiti didalam rumah tangganya. Istri yang berahlak dan beriman tidak akan nyeleweng, sebaliknya suami yang berbudi dan tact kepada Tuhan akan memegang tegung amanah. Cinta,
kompabilitas, kesehatan fisik dan mental "Emotional Matur,,--v," (kedewasaan emosional), ahlak, budi dan iman adalah prasyarat atau "Prerequisites" untuk keberhasilan berumah tangga. Bilamana faktor-faktor tersebut terdapat pada suami dan istri, maka kesulitan-kesulitan lain yang timbul kemudian, kesulitan ekonomi, faktor-faktor lingkungan luar akan dikendalikan dengan tidak perlu menimbulkan konflik.

3. Kemauan,, Kemampuan Dan Kesempatan

Di dalam kehidupan berkeluarga, bagaimanapun juga kesulitan-kesulitan mungkin saja muncul sehingga hubungan yang tac -nya cukup rukun menjadi terancam. Oleh karena itu harus diketahui bahwa ada syarat lain yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan dalam rumah tangga, yaitu kemampuan dan kemauan untuk mengusahakan kerukunan serta keserasian dengan upaya nyata yang telah dipikirkan, dirundingkan, dan direncanakan terlebih dahulu. Apa saja yang kita inginkan didunia ini - tidak akan datang dengan sendirinya. Begitu pula keberhasilan berumah tangga atau kerukunan tidak akan terwujud dengan sendirnya melainkan hanya akan datang sebagai hasil usaha yang direncanakan dan diarahkan secara rasional.

Suami dan istri harus berkemauan dan berusaha untuk memecahkan dan menyelesaikan kesulitan yang dihadapi keduanya harus memiliki keyakinan bahwa dengan kemauan dan kemampuan segala kesulitan dapat ditanggulangi.

4. Terapi Psikollogis

Ada tiga teori untuk menerangkan mengapa "Sesuatu" berlangsung dengan baik dan ditempat lain atau pada orang lain "Suatu" itu justru tidak dapat berlangsung.

a. Teori Transaksional

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) berlangsung mengikuti kaidah transaksional yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan. Oleh karena itu seyogyanya suami istri selalu saling memberikan yang terbaik.

b. Teori Peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah "tertulis" seorang Presiders harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami istri ayah, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis tetapi jika menyalahi skenario maka is akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.

c. Teori Permainan

Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga yaitu anak-anak orang dewasa dan orang tua. Anak-anak biasanya menjadi, tidak mengerti dan kurang bertanggungjawab. Sedangkan orang dewasa biasanya bersikap lugas, sadar akan akibat yang akan terjadi. Adapun orang tua biasanya dapat memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain dengan batas-batas yang jelas dan tegas karena
orang tua mempunyai kecenderungan untuk menyayangi. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan.

0 komentar:

Posting Komentar

tes

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More