Keluarga Besar KUA Boyolali

Pisah kenal Kepala KUA Kec. Boyolali berpose bersama P3N se Kecamatan Boyolali

Kepala KUA Kec. Boyolali

Kepala KUA Kec. Boyolali, H. Kusaeni, S.PdI memberi sambutan dalam rakor P3N Se-Kec. Boyolali

Rakor dan Pembinaan Penyuluh

Rakor dan Pembinaan Penyuluh Agama Islam Fungsional dan Honorer Kecamatan Boyolali

Pelatihan Khatib dan Da'i Muda

Pelatihan Khatib dan Da'i muda merupakan salah satu program tahunan dari KUA Kec. Boyolali dan Penyuluh Agama Islam Kec. Boyolali dan mendapat respon baik dari masyarakat

KUA Kec. Boyolali

Pintu masuk KUA Kec. Boyolali...Monggo Pinaraak..

Rabu, 18 Agustus 2010

Tiga Amalan Baik


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Kaum Muslimin Yang Terhormat

Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup.

Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar yang kita singkat TIGA IS.

1. Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.

Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:

عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ نِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم


“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, “Wahai asulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).

Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)

2. Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).


Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).

Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ. (رواه البيهقي عن جابر).


Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).


Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama . Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat.


Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.

Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)

3. Istighfar, yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.

Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat.

Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
“Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud:52).
Para Jamaah yang dimuliakan Allah
Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan TIGA IS di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.
Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmatNya yang melimpah. Amin

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Selasa, 03 Agustus 2010

Problematika Rumah Tangga dan Pemecahannya


Pada umumnya setiap keluarga ingin membina dan mempertahankan suasana rukun dan damai serta serasi diantara anggotanya. Banyak dari anggota keluarga melakukan usaha kearah terwujudnya situasi yang diidamkan meski usaha tersebut biasanya dilakukan tanpa rencana, tanpa ilmu dan tanpa pengalaman.

Walaupun keinginan dan usaha itu serius, namun dalam kenyataannya kerukunan itu kadang kurang berhasil diciptakan dan apabila sudah tercipta ada saja yang mengalami gangguan. Demikian pula kerukunan dan keserasian antara suami dan istri itu adakalanya terancam oleh gangguan-gangguan. Gangguan-gangguan ini ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata antara suami dan istri, perbedaan-perbedaan mana sekarang muncul atau menampakan diri. Atau berupa perselisihan-perselisihan paham mengenai pelbagai masalah didalm mana kehidupan mereka berdua. Dengan demikian terjadilah ketegangan yang akhirnya menjadi persengketaan atau konflik (Marital Conflict = konflik antara suami dan istri). Sering pula konflik itu berbentuk pertengkaran (Marital Quarrels).

Dengan demikian didalam membina rumah tangga memiliki problem spesifik, tetapi problem yang sering berkembang menjadi batu sandungan hampir sama karakteristiknya antara lain: persepsi terhadap rizki, egoisme dan perkembangan psikologi pasangan.

Persepsi Terhadap Rizki Keluarga


Banyak pasangan ketika barn menikah belum memiliki harta apa-apa, tetapi kemudian mereka hidup berkecukupan. Sebaliknya ada yang ketika menikah sengaja mencan pasangan atau mertua orang kaya, ternyata tak terlalu lama sudah jatuh menjadi orang miskin. Ada yang semula suami lancar sebagai pencari nafkah, tetapi kemudian jatuh sakit berkepanjangan sehingga tak lagi produktip kemudian sumber rezki berpindah melalui istri.

Masalah saluran rizki bisa menjadi problem orang ketika memandang bahwa rizki itu hanya rizkinya, bukan rizki keluarga. Suami yang sukses kemudian merasa tinggi hati dan memandang rendah istrinya yang hanya nyadong (hanya mengandalkan penghasilan suami) dan sebaliknya istri memandang sebelah mata suami. Inilah yang sering menjadi kerikil tajam meski rizki melimpah, meskipun sebenarnya rizki tersebut adalah rizki keluarga.

Dalam rumah tangga, sifat egois dan tinggi harga diri sering merubah keadaan normal menjadi tidak normal. Apa yang semula biasa saja (proporsional) dipersepsikan sebagai tidak menghargai, menyakiti dan sebagainya. Sehingga yang semestinya seiring sejalan berubah menjadi beban bagi salah satunya. Ada istri atau suami yang merasa disakiti padahal tidak ada yang menyakitinya dan merasa tidak dihargai.

Mengapa Konflik Itu Terjadi?
Mengapa antara suami dan istri terjadi perselisihan dan persenyketaan, padahal ingin hidup bersama secara rukun, damai, dan saling mencintai. Konflik itu terjadi karena suami dan istri hidup bersama dan bergaul secara dekat dan erat sekali. Sekurang-kurangnya 12 - 15 jam dalam sehari saling bertemu, terkecuali apab;,Ia salah seorang tinggal berjauhan.

Ada beberapa macam sebab terjadinya konflik. Pertama sebab-sebab yang pada suatu ketika menimbulkan konflik dan yang kedua adalah sebab-sebab yang lebih mendalam (sebab pokok atau sumber konflik). Sebab-sebab yang termasuk dalam kategori pertama yaitu hal-hal yang pada suatu ketika menggerakkan suami istri untuk bersengketa (faktor-faktor dalam persengketaan). Umpamanya yang seorang berpendapat atau menuduh partnernya:

1. Berbuat sewenang-wenang
2. Melakukan kekejaman kepada yang lain
3. Menyeleweng dengan orang lain
4. Membohongi, menipu yang lain
5. Memboroskan uang yang seharusnya untuk kepentingan keluarga
6. Suka bergaul dengan teman-teman yang tidak baik
7. Tidak berdisiplin di dalam rumah
8. Pencemburu, cerewet dan sebagainya
9. Sang istri tidak mau mengurus rumah tangga sebagaimana mestinya
10. Peminum
11. Tidak jujur secara umum, termasuk di tempat keda, dalam bisnis dan sebagainya
Pertentangan juga sering ditimbulkan karena:
1. Mertua dan ipar
2. Antara suami dan istri memang banyak perbedaan
3. Mempunyai anak-anak darl perkawinan lain (sebelumnya)
4. Penghasilan tidak cukup dan kebutuhan hidup serba mahal
5. Kebiasaan-kebiasaan (habits) dan seseorang yang menjengkelkan orang lain
6. Tidak mendapat kepuasan dalam berhubungan suami-istri,atau salah seorang menolak ajak suami atau istri
7. Salah seorang lekas marah atau mulai merasa tersinggung,dan lain sebagainya.

Sumber Konflik


Selain beberapa hal tersebut diatas, sumber konflik dapat disebabkan karena:
1. Ketidakmampuan atau kekurangmampuan dari suami atau istri untuk "membuat penyesuaian" (to make adjustments), yang mutlak diperlukan agar hubungan suami istri menjadi rukun.
2. Baik pria maupun wanita sebelum menikah kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas-tugas, peran sebagai suami maupun istri,persoalan dan kesulitan-kesulitan yang kelak akan dialami dalam membina keluarga.
3. Pada umumnya pria dan wanita,sejak masih anak-anak hingga remaja sering diberi pengertian yang kurang tepat tentang perkawinan, peranan maupun tugas-tugas dalam suatu pekawinan.
4. Adanya salah persepsi bahwa unsur utama dalam perkawinan harus berdasarkan "cinta", pare remaja kadang-kadang belum memahahi dan meresapi apa sebenarnya arti cinta, sehingga tidak dapat membedakan antara cinta yang tutus dengan hanya "rasa tertarik", ingin memiliki, menguasai dan menikmati, padahal unsur kecocokan (compatibility) juga merupakan faktor penting.
5. Adanya ketidakstabiIan ekonomi di dalam keluarga juga merupakan salah satu sumber teoadinya konflik.

Pemecahan Masalah Rumah Tangga

1. Kecocokan (Kompatibilitas)

Dari berbagai uraian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindarkan atau diatasi bilamana pihak-pihak yang bersangkutan memiliki kemampuan dan kemauan.
Tetapi ada juga sebab-sebab atau faktor-faktor yang berada diluar jangkauan suami dan istri untuk mengelak atau menanggulanginya yaitu sumber-sumber dan faktor-faktor dari lingkungan luar yang berupa sosial dan ekonomi. Begitu pula penyebab-penyebab yang sebenarnya berada dalam wilayah kekuasaan suami dan istri untuk menghindarkannya. Ada yang harus diketahui dan sebenarnya dapat dielakkan sebelum menikah yaitu perbedaan-perbedaan yang terlalu besar yang terdapat diantara berdua. Jadi sebenarnya sewaktu mencari jodoh hendaklah memilih orang yang sebanyak mungkin cocok dan jangan yang terlalu banyak perbedaannya.

2. lntegritas Dan Iman

Faktor-faktor penting dalam membina rumah tangga adalah integritas dan iman. Suami-istri yang jujur, berbudi harus yang tawakal dan mentaati peraturan-peraturan Tuhan serta menjauhi larangan-Nya, akan lebih mampu membina hubungan yang rukun, serasi dan mesra.
Suami dan istri yang kurang imannya dan rendah ahlaknya, mullah saja terjadi kericuhan, kebohongan, kecurigaan, merugikan, sating menyakiti didalam rumah tangganya. Istri yang berahlak dan beriman tidak akan nyeleweng, sebaliknya suami yang berbudi dan tact kepada Tuhan akan memegang tegung amanah. Cinta,
kompabilitas, kesehatan fisik dan mental "Emotional Matur,,--v," (kedewasaan emosional), ahlak, budi dan iman adalah prasyarat atau "Prerequisites" untuk keberhasilan berumah tangga. Bilamana faktor-faktor tersebut terdapat pada suami dan istri, maka kesulitan-kesulitan lain yang timbul kemudian, kesulitan ekonomi, faktor-faktor lingkungan luar akan dikendalikan dengan tidak perlu menimbulkan konflik.

3. Kemauan,, Kemampuan Dan Kesempatan

Di dalam kehidupan berkeluarga, bagaimanapun juga kesulitan-kesulitan mungkin saja muncul sehingga hubungan yang tac -nya cukup rukun menjadi terancam. Oleh karena itu harus diketahui bahwa ada syarat lain yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan dalam rumah tangga, yaitu kemampuan dan kemauan untuk mengusahakan kerukunan serta keserasian dengan upaya nyata yang telah dipikirkan, dirundingkan, dan direncanakan terlebih dahulu. Apa saja yang kita inginkan didunia ini - tidak akan datang dengan sendirinya. Begitu pula keberhasilan berumah tangga atau kerukunan tidak akan terwujud dengan sendirnya melainkan hanya akan datang sebagai hasil usaha yang direncanakan dan diarahkan secara rasional.

Suami dan istri harus berkemauan dan berusaha untuk memecahkan dan menyelesaikan kesulitan yang dihadapi keduanya harus memiliki keyakinan bahwa dengan kemauan dan kemampuan segala kesulitan dapat ditanggulangi.

4. Terapi Psikollogis

Ada tiga teori untuk menerangkan mengapa "Sesuatu" berlangsung dengan baik dan ditempat lain atau pada orang lain "Suatu" itu justru tidak dapat berlangsung.

a. Teori Transaksional

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) berlangsung mengikuti kaidah transaksional yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan. Oleh karena itu seyogyanya suami istri selalu saling memberikan yang terbaik.

b. Teori Peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah "tertulis" seorang Presiders harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami istri ayah, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis tetapi jika menyalahi skenario maka is akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.

c. Teori Permainan

Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga yaitu anak-anak orang dewasa dan orang tua. Anak-anak biasanya menjadi, tidak mengerti dan kurang bertanggungjawab. Sedangkan orang dewasa biasanya bersikap lugas, sadar akan akibat yang akan terjadi. Adapun orang tua biasanya dapat memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain dengan batas-batas yang jelas dan tegas karena
orang tua mempunyai kecenderungan untuk menyayangi. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan.

tes

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More