Kamis, 09 Januari 2014

Khutbah Jum'at ==> Mencintai Nabi dengan Melaksanakan Sunahnya

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, sebab hanya degan iman dan taqwa yang sesungguhnya, kebahagiaan dan keselamatan dunia sampai akhirat akan kita miliki. Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat rida-Nya dan senantiasa dalam rahmat sertalindungan-Nya, bahagia dunia dan akhirat, amin. Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah Saat ini kita telah kembali memasuki bulan Rabiul Awal, bulan dimana umat Islam diseluruh penjuru dunia merayakan hari kelahiran atau Maulid Nabi besar Muhammad Saw. Yang tepat jatuhnya pada tanggal 12 Robiul Awal tahun 53 sebelum hijrah. Disamping sebagai hari kelahiran Rasulullah, tanggal 12 Rabiul Awal sebenarnya juga mempunyai nilai sejarah lain yang juga patut diperingati oleh ummat Islam. Pada tanggal tersebut Rasulullah melakukan hijrahnya dari Mekkah ke Madinah, dan pada tanggal itu pula,Rasulullah tutup usia (wafat) untuk menghadap kehadiranAllah Saw. Banyak nilai sejarah yang terkandung dalam 12 Rabiul Awal yang patut diperingati, hanya saja, diantara beberapa peristiwa besar itu yang biasa diperingati kaum muslimin adalah hari kelahiran Rasulullah yang terkenal dngan istilah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dan telah menjadi tradisi Umat Islam sejak dulu hingga sekarang, walaupun dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda, namun tetap dalam konteks dan semangat yang sama yaitu mencintai dan meneladani Rasulullah Saw. Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah Pada dasarnya, tidak ada nash atau ayat Al-Qur'an maupun hadis yang nyata-nyata memerintahkan atau melarang diadakannya peringatan terhadap hari-hari besar tersebut, maka penyelenggaraan peringatan tersebut sifatnya sangat cultural dan hukumnya boleh, sebab tidak termasuk menyalahi aturan syariat yang ditetapkan oleh Islam. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah. Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW. Maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW ?. Jika sebagian umat Islam ada yang berpendapat bahwa merayakan Maulid Nabi SAW adalah bid’ah yang sesat karena alasan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw sebagaimana dikatakan oleh beliau : إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه أبو داود والترمذي Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan. (HR Abu Daud dan Tarmizi) Maka selain dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi tersebut, juga secara semantik (lafzhi) kata ‘kullu’ dalam hadits tersebut tidak menunjukkan makna keseluruhan bid’ah (kulliyah). Tetapi ‘kullu’ di sini bermakna sebagian dari keseluruhan bid’ah (kulli) saja. Jadi, tidak seluruh bid’ah adalah sesat karena ada juga bid’ah hasanah, sebagaimana komentar Imam Syafi’i : المُحْدَثَاتُ ضَرْباَنِ مَاأُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتاَباً أَوْسُنَّةً أَوْأَثَرًا أَوْإِجْمَاعًا فَهَذِهِ بِدْعَةُ الضَّلاَلِ وَمَاأُحْدِثَ مِنَ الخَيْرِ لاَيُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذَالِكَ فَهِيَ مُحْدَثَةٌ غَيْرَ مَذْمُوْمَةٍ Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) ada dua macam : Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, prilakuk sahabat, atau kesepakatan ulama maka termasuk bid’ah yang sesat ; adapun sesuatu yang diada-adakan adalah sesuatu yang baik dan tidak menyalahi ketentuan (al Qur’an, Hadits, prilaku sahabat atau Ijma’) maka sesuatu itu tidak tercela (baik). (Fathul Bari, juz XVII: 10 Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan: عَنْ أبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ – صحيح مسلم Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR Muslim) Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa. Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah Sebagai umat Muhammad Saw. yang mencintai beliau, sudah sepantasnya jika hari kelahiran baginda Nabi Saw. Ini, kita merayakan dan memperingatinya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepada beliau. Dan bukan sebalaiknya, memperingati maulid dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertolak belakang, kata cinta kepada beliau. Peringatan malid Nabi hendaklah dijadikan momentum penyelenggaraan kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang di bawa oleh beliau. Allah Swt. Berfirman: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوني‏ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ قُلْ أَطيعُوا اللهَ وَ الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ الْكافِرينَ Artinya: “katakanlah, ‘jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imron: 31-32) hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas r.a. berikut ini: عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: من أحب سنتى فقد أحبنى ومن أحبنى كان معى فى الجنة. Artinya: “Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, barang siapa mencintai sunnahku maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di surga” Di dalam kitab durrotun Nasihin di jelaskan: فمن أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصلاة والسلام فليحبه حبا شديدا وعلامة الحب الاطاعة فى السنته السنية واكثار الصلاة عليه لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال من أحب شيئا اكثر من ذكره Artinya: “Maka barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah Saw., hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang sungguh. Adapun tanda-tanda cinta Rasul itu adalah mengikuti Sunnah beliau yang mulia dan memperbanyak berselawat untuk beliau, sebab Rasulullah Saw, telah bersabda, ‘barang siapa mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak menyebutnya,” Lantas bagaimana kita mengisi atau menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad? Dalam kitab "At-Tanbihatul Waajibat" karya seorang ulama besar, K.H. Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang, JawaTimur menjelaskan bahwa bentuk peringatan Maulid nabi berupa perkumpulan banyak manusia, yang disitu dibaca ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis yang mengisahkan tentang peristiwa dan kelebihan-kelebihan Rasulullah semasa dalam kandungan, saat kelahiran maupan pasca kelahiran beliau. Demikian juga budi pekerti dan akhlak beliau yang mulia. Setelah itu, dibagikan kepada mereka sekedar makanan sebagai jamuan. Adakalanya dalam peringatan itu disertai memukul rebana namun tetap dalam konteks seni yang bernuansa Islami. Sedangkan peringatan maulid Rasulullah Saw. Yang dilakukan oleh Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulla, salah seorang saleh yang ternama dikota Irbil dan banyak diikuti oleh masyarakat sekitarnya adalah dengan bersedekah, bakti sosial, berbuat kebajikan dan melahirkan rasa suka dan gembira atas kelahiran beliau.bentuk peringatan seperti itu menunjukkan rasa kecintaan pengagungan dan pemuliaan terhadap baginda Rasulullah Saw. Serta ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. Atas nikmat dan anugrah-Nya yang besar berupa kedatanganya dan pembawa hidayah, kebenaran serta kasih sayang untuk seluruh alam. Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah Oleh karena itu, marilah di bulan Rabiul Awal ini kita jadikan momentum untuk menyegarkan kecintaan kita kepada beliau, sekaligus mentaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Hal ini merupakan cerminan dari cinta Rasul yang sesungguhnya, agar kelak kita memperoleh syafaat beliau. Semoga peringatan demi peringatan maulid Nabi Saw. Yang diselenggarakan oleh kaum muslimin, benar-benar merupakan ekspresi kecintaan kepada beliau, dengan menaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, sehingga kita akan mendapatkan syafa’at beliau, dan dapat bersama orang yang kita cintai itu di dalam surga, amin. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

0 komentar:

Posting Komentar

tes

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More