Keluarga Besar KUA Boyolali

Pisah kenal Kepala KUA Kec. Boyolali berpose bersama P3N se Kecamatan Boyolali

Kepala KUA Kec. Boyolali

Kepala KUA Kec. Boyolali, H. Kusaeni, S.PdI memberi sambutan dalam rakor P3N Se-Kec. Boyolali

Rakor dan Pembinaan Penyuluh

Rakor dan Pembinaan Penyuluh Agama Islam Fungsional dan Honorer Kecamatan Boyolali

Pelatihan Khatib dan Da'i Muda

Pelatihan Khatib dan Da'i muda merupakan salah satu program tahunan dari KUA Kec. Boyolali dan Penyuluh Agama Islam Kec. Boyolali dan mendapat respon baik dari masyarakat

KUA Kec. Boyolali

Pintu masuk KUA Kec. Boyolali...Monggo Pinaraak..

Kamis, 20 September 2012

Khutbah Jum'at ==> Sebarkan Kedamaian

Oleh. Iwan Hafidz Zaini *

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt dengan menjalankan segala perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Hadirin jamaah Jum’ah yang dimulyakan Allah
Islam mengajarkan kita untuk senantiasa mengucapkan salam kepada semua orang, baik orang itu kita kenal maupun tidak kenal. Ucapan salam ini bisa berupa salam dalam versi Islam, yaitu Assalamu’alaikum ataupun dalam versi bahasa daerah misalnya Jawa dengan ucapan, ‘monggo’ atau ‘sugeng enjang, sugeng dalu’ dan lain sebagainya. Mengucapkan salam atau menyebarkan salam (ifsyaussalam) ini sangat luas sekali makna yang terkandung di dalamnya. Salam, berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘kedamaian’. Mengucapkan salam berarti mengucapkan kata-kata damai. Atau ifsyaussalam berarti menyebarkan kedamaian. Inilah ajaran agama Islam, menyebarkan kedamaian. Sehingga dalam agama dikenal dengan sebutan Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Hadirin jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Akan tetapi, akhir-akhir ini kita banyak menyaksikan aksi maupun reaksi umat Islam yang tidak mengarah ke kedamaian. Malah cenderung merusak bahkan membunuh. Kejadian penembakan aparat kepolisian di Solo yang akhirnya diketahui pelaku adalah jaringan teroris lama yang menggunakan label agama dalam aksinya. Mereka menggunakan dalil jihad untuk melegitimasi aksi terornya. Juga reaksi yang berlebihan bahkan melampui batas dengan melempar batu ke aparat kepolisian yang dilakukan sekelompok organisasi keagamaan terhadap film yang menghina agama Islam, Innocence of Muslims. Bahkan di Syiria sampai terjadi peledakan yang menewaskan Kedubes AS .

Hadirin jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Sebagaimana yang saya sebut diatas bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan kedamaian. Hal ini dibuktikan dengan mengucapkan salam kepada orang yang dijumpai.
Lantas bagaimana langkah kita sebagai umat Islam yang rahmatan lil ‘alamin untuk senantiasa menjaga kedamaian ini?
Pertama, datangilah seseorang (berdakwah) dengan lemah lembut. Walaupun dia membenci kita. Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun As untuk tetap mendatangi dan berkata kepada Fir’aun dengan lemah lembut, bukan dengan kekerasan.


Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas.  Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Qs. Thoha. 43-44)

Kedua, apabila ada orang yang berbuat jahat kepada kita hendaknya kita menolak kejahatan dengan cara yang baik.


Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (QS. Fushhilat: 34-35)

Ada sebuah kisah teladan dari Nabi Muhammad yang perlu kita renungkan. Suatu hari, Nabi Muhammad SAW akan pergi ke masjid. Seperti biasanya, beliau pun selalu melewati jalan itu karena konon memang hanya itu jalan satu-satunya. Setiap melewati jalan itu, Nabi Muhammad SAW dihina, dicaci, diludahi, bahkan dilempari kotoran oleh seorang sahabat. Nabi Muhammad SAW berusaha bersabar dan bersabar. Bahkan, konon Malaikat Jibril muntap alias marah besar atas penghinaan sahabat itu kepada Nabi Muhammmad SAW. Maka, Malaikat Jibril merayu Nabi Muhammad SAW untuk membalas dendam. Namun, Nabi Muhammad SAW berkata, “Tak usah ya, Jibril. Sahabat itu belum mengenal Islam. Biarkanlah dia dengan perilakunya.” Dan terjadilah penghinaan it uterus-menerus.
Namun, hari itu sungguhlah teramat berbeda. Nabi Muhammad SAW tidak bertemu dengan sahabat yang biasa menghinanya. Tak terlihat sahabat itu duduk dan menunggu Nabi Muhammad SAW yang biasa lewat jalan itu. Tentu saja kondisi itu justru mengherankan Nabi Muhammad SAW. Maka, beliau pun berusaha mencari tahu tentang nasib sahabat. Maka, diketahuilah bahwa sahabat itu sedang sakit keras. Sahabat itu tidak bisa bangun dari tidurnya. Sehari-hari sahabat itu hanya meringkuk di tempat tidur.
Begitu mendengar kabar itu, Nabi Muhammad SAW pun segera bergegas pergi. Beliau pergi untuk menengok sahabat yang sedang sakit itu. Sama sekali beliau tidak menghiraukan pengalamannya yang dihina, dicemooh, dicaci, bahkan disakiti. Nabi Muhammad hanya berkeinginan untuk segera bertemu dengan sang sahabat. Nabi Muhammad SAW ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya.
Setiba di depan pintu sang sahabat, Nabi Muhammad SAW segera mengetuk pintu. Tak lupa beliau berucap salam. Hanya suara lemah yang terdengar. Suara lemah yang menggambarkan bahwa orang yang membalas salam tersebut dalam keadaan sakit keras. Nyaris perasaan Nabi Muhammad SAW tak kuat lagi. Langsung saja pintu rumah dibukanya. Dan tiba-tiba Nabi Muhammad SAW terbelalak ketika melihat kondisi sang sahabat. Sahabat itu terkulai lemah di ranjangnya.
Ketika mengetahui orang yang menengoknya adalah Nabi Muhammad SAW, sahabat itu pucat pasi. Keringat dingin mengucur deras sebagai pertanda rasa ketakutan yang teramat sangat. Sahabat itu ketakutan karena disangkanya Nabi Muhammad SAW akan membalas dendam. Ya, Nabi Muhammad SAW dikira akan membalas dendam karena sahabat itu terlalu sering menyakitinya. Semakin Nabi Muhammad SAW mendekati dirinya, sahabat itu semakin pucat pasi.
Ketika sudah berada di sampingnya, tak disangka Nabi Muhammad SAW meletakkan tangan lembutnya di dahi. Lalu, tangan Nabi Muhammad SAW mengusap-usap tangan sahabat. Dengan suara lembut, Nabi Muhammad SAW bertanya tentang penyakit dan perasaan yang dirasakan sahabat.
Mendengar bahasa halus Nabi Muhammad SAW, sahabat itu bergidik gemetar. Perasaannya berkecamuk. Sahabat itu tak pernah menyangka bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki watak yang sedemikian mulia. Sama sekali Nabi Muhammad SAW tidak menampakkan rasa dendamnya. Justru Nabi Muhammad SAW memerlihatkan kepribadiannya yang penyayang dan penyantun. Sungguh perilaku Nabi Muhammad SAW itu mengetuk hati sahabat. Tiba-tiba, sahabat itu mencium tangan Nabi Muhammad SAW. Dengan suara gemetar, sahabat itu berusaha berkata-kata.
“Wahai Muhammad. Ketika engkau akan beribadah, saya selalu mengganggumu. Saya selalu menyakitimu. Saya selalu berusaha agar kamu tidak dapat beribadah dengan segala caraku. Namun, semua usahaku ternyata gagal. Hari ini, saya sedang sakit. Tak seorang pun teman-temanku menengokku. Justru kamu adalah orang yang pertama menengokku. Sungguh hatimu teramat mulia. Maka, persaksikanlah wahai Muhammad, bahwa saya masuk Islam.”
Begitulah, orang yang dulu memusuhi Nabi, kemudian Beliau membalas kejahatannya dengan kebaikan akhirnya orang yang membenci tersebut menjadi sahabat setia Nabi dengan masuk Islam.
Ketiga, jika ada orang yang mengajak beradu argumen atau berdebat, maka berdebatlah dengan baik. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:


Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Hadirin jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Akhir kata, marilah kita sebagai umat Islam yang rahmatan lil ‘alamin senantiasa selalu menyebarkan semangat kedamaian kepada seluruh makhluk Allah.

*Penyuluh Agama Islam Fungsional Kemenag Kab. Boyolali di KUA Kec. Boyolali


tes

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More